Rabu, 20 April 2011

KEBUDAYAAN MENAIKI GERBONG KERETA WANITA (GKW) PADA KRL EKONOMI AC DAN PENILAIAN TINGKAT KEPUASAN DAN KEPENTINGANNYA

Tulisan ini adalah tugas PKM-AI (Program Kreatifitas Mahasiswa-Artikel Ilmiah) yang saya ikuti bersama rekan-rekan saya dan kali ini akan saya ajukan untuk salah satu tugas pada mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.


ABSTRAK

Pada tahun 2010, PT. KAI Commuter Indonesia (anak perusahaan  PT.KAI yang menjalankan KRL Jabodetabek) meluncurkan Gerbong Kereta Wanita di KRL Ekonomi AC yang telah beroperasi sebelumnya. Tujuan penelitian  ini adalah menilai tingkat kepuasan dan kepentingan Gerbong Kereta Wanita (GKW) pada KRL Ekonomi AC. Penelitian dilakukan dengan metode survey. Kenyamanan dan Keamanan merupakan atribut yang dinilai dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum responden merasa puas terhadap layanan kenyamanan dan keamanan. Bahkan penilaian terhadap kepuasan tersebut melampaui penilaian terhadap tingkat kepentingannya.

Kata Kunci: Gerbong Kereta Wanita, Kepuasan, Kepentingan.



PENDAHULUAN


Latar Belakang


Transportasi merupakan sektor penting sebagai penunjang pembangunan (the promoting sector) dan pemberi jasa (the servicing sector) bagi perkembangan ekonomi. Peranan transportasi tidak hanya untuk melancarkan arus barang dan mobilitas manusia namun juga membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal.
Bagi kota metropolitan seperti Jakarta, transportasi darat menjadi suatu permasalahan tersendiri. Kendala seperti perkembangan jumlah penduduk yang sangat cepat (data dari Kompas 29 Januari 2011 menyatakan bahwa jumlah penduduk Jakarta berkisar 9,6 juta dan diperkirakan bertambah 140 ribu orang per tahun), keterbatasan jumlah jalan dengan kondisi infrastruktur yang seringkali tidak memadai dan peningkatan jumlah kendaraan, khususnya kendaraan pribadi (data dari Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mencatat bahwa tahun 2010 terdapat lebih kurang 11,7 juta unit kendaraan motor dengan 9 juta diantaranya adalah motor), menjadikan transportasi angkutan massal seperti kereta api suatu alternatif penyelesaian permasalahan di atas.
Sejarah perkeretaapian Indonesia telah ada jauh sebelum kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Jalur perkeretapian yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota penyangganya, seperti Bogor, Tanggerang dan Bekasi, juga memiliki sejarah yang cukup panjang. Saat ini perkeretaapian Indonesia berada di bawah pengelolaan PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Khusus untuk jalur  kereta api wilayah Jabodetabek pada awalnya ditangani oleh Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek, yang kemudian melalui Inpres no. 5 tahun 2008 serta Surat Meneg BUMN no. S-653/MBU/2008 tanggal 12 Agustus 2008, diubah bentuknya menjadi anak perusahaan di lingkungan PT.Kereta Api (Persero) dengan nama  PT.KAI Commuter Jabodetabek dan mendapatkan izin usaha No. KP 51 Tahun 2009 dan izin operasi penyelenggara sarana perkeretaapian No. KP 53 Tahun 2009 yang semuanya dikeluarkan oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia. Pembentukan anak perusahaan ini berawal dari keinginan para stakeholdernya untuk lebih fokus dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan menjadi bagian dari solusi permasalahan transportasi perkotaan yang semakin kompleks. Tugas pokok perusahaan ini adalah menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa angkutan kereta api komuter (untuk selanjutnya disebut ”Commuter”) dengan menggunakan sarana Kereta Rel Listrik di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang (Serpong) dan Bekasi (Jabodetabek) serta pengusahaan di bidang usaha non angkutan penumpang. KRL yang melayani jalur ini terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas ekonomi, kelas ekonomi AC, dan kelas ekspres yang menggunakan pendingin udara.
Menurut Rachmadi, Direktur Teknik Mass Rapid Transit (MRT) dalam diskusi “Masa Depan Angkutan Kereta Api” (Rachmadi, 2009, http://megapolitan.kompas.com), sebagai angkutan massal, kereta api memiliki lima keunggulan yaitu: hemat penggunaan ruang, tingkat keselamatan tinggi, tidak macet, hemat energi, dan ramah lingkungan. Sedangkan kelemahannya adalah: biaya investasinya besar, kurang fleksibel sehingga harus terhubung dengan jenis transportasi lain, dan pengelolaan yang masih perlu ditingkatkan.
Suatu studi tahun 2003 (Rachmadi,2009, http://megapolitan.kompas.com/) mengatakan bahwa kereta api di Indonesia merupakan transportasi massal yang tidak aman dan tidak nyaman. Khusus untuk KRL Bogor-Jakarta, saat ini rata-rata mengangkut sebanyak 500 ribu penumpang. Para penumpang itu terbagi ke dalam 436 keberangkatan kereta, namun karena sebagian kereta api masuk dipo untuk perbaikan akibatnya jumlah keberangkatan kereta api menjadi berkurang yang berpengaruh pada kapasitas angkut. Melihat situasi demikian, PT KAI Commuter Jabodetabek mencanangkan beberapa program prioritas sampai tahun 2013 (Bambang Adi Pratikno, Direktur Teknik PT Commuter Jabodetabek,2009, http://megapolitan.kompas.com/). Program tersebut diantaranya : penambahan KRL AC, penambahan daya gardu listrik, penerapan e-ticketing, melakukan renovasi dan sterilisasi stasiun, memanjangkan dan meninggikan peron, memperbaiki akses masuk ke stasiun, dan melakukan kerjasama dengan moda transportasi lain.
Salah satu produk layanan PT KAI Commuter Jabodetabek adalah KRL Ekonomi ber-AC yang dijalankan pada rute Bogor - Jakarta Kota dan sebagian untuk rute Bogor - Tanah Abang. Kereta ini merupakan rangkaian kereta hibah dari Jepang. Fasilitas yang ada di KRL Ekonomi-AC secara umum sama dengan KRL Ekspress, yaitu berpendingin udara (kipas angin atau AC), pintu kereta yang selalu tertutup, tempat duduk busa yang representif, tiang atau pegangan tangan untuk penumpan berdiri, lampu/penerangan dalam gerbong, alat pemadam api, petugas keamanan dan pedangan asongan yang tidak boleh masuk ke gerbong tersebut. Perbedaannya adalah kereta api ini berhenti pada setiap stasiun kecuali stasiun Gambir. Untuk mencapai Stasiun Jakarta Kota, kereta ini perlu memakan waktu sekitar 80-100 menit. Untuk fasilitas tersebut harga karcis yang dikenakan kepada penumpang lebih murah sedikit dibandingkan kereta api ekspress. Saat ini jumlah perjalanan KRL Ekonomi AC dari Bogor ke Jakarta berjumlah 20 keberangkatan (belum termasuk perjalanan pulang Jakarta Bogor, dan perjalanan pergi-pulang dari stasiun lain seperti Bojong Gede, Depok maupun KRL pergi pulang Bogor-Tanah Abang). Pada waktu-waktu tertentu seperti pagi hari atau sore hari, KRL Ekonomi AC seringkali padat dengan penumpang dan tidak ubahnya KRL ekonomi biasa. Hal ini dikarenakan bersamaan waktu keberangkatan atau pulang bekerja para penumpang yang menggunakan jasa KRL Ekonomi AC dan berdomisili di sekitar Jakarta. Dalam keadaan penuh sesak yang demikian, tidak jarang terjadi tindak kejahatan seperti pencopetan maupun pelecehan sexual.
Salah satu upaya dari PT. KAI Commuter Jabodetabek untuk meminimalisir tindak kejahatan di KRL Ekonomi AC adalah dengan meluncurkan Gerbong Kereta Wanita (GKW) yang diluncurkan  tanggal 19 Agustus 2010. aranProgram ini dimaksudkan untuk memberikan tempat khusus penumpang wanita dan anak-anak di bawah 10 tahun, sehingga tidak bercampur dengan penumpang pria. Secara umum fasilitas gerbong ini sama dengan gerbong lain di KRL Ekonomi AC. Yang membedakannya adalah : posisi gerbong tersebut terletak pada setiap ujung rangkaian kereta api, pada sisi luar gerbong diberi tanda berbentuk stiker dengan warna merah muda yang menandai Gerbong Kereta Wanita (GKW) dan di bagian dalam gerbong gerbong wanita terdapat flyer merah muda bergambar ilustrasi perempuan dan bunga-bunga. Selain itu di peron setiap stasiun terdapat papan petunjuk tempat tunggu Gerbong Kereta Wanita (GKW) dengan bagian lantai yang diberi cat merah muda. Walaupun GKW sejauh ini menjadi alternatif pilihan terbaik bagi penumpang wanita, namun tidak menutup kemungkinan penumpang wanita dapat pula naik di gerbong umum bercampur dengan pria karena keadaan GKW yang sudah padat atau menumpang kereta api bersama pasangan pria.
Berangkat dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas penulis merumuskan masalah penelitian untuk melihat seberapa besar penilaian tingkat kepuasan dan kepentingan Gerbong Kereta Wanita (GKW) menurut persepsi penumpang wanita pada KRL Ekonomi AC.  Dari rumusan masalah tersebut, penulis mengambil judul penelitian “Penilaian Tingkat Kepuasan dan Kepentingan Gerbong Kereta Wanita (GKW) pada KRL Ekonomi AC”.



TUJUAN


Penelitian  ini bertujuan untuk menilai tingkat kepuasan dan kepentingan Gerbong Kereta Wanita (GKW) pada KRL Ekonomi AC. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan solusi bagi PT. KAI Commuter Jabodetabek untuk perbaikan dan peningkatan pelayanan KRL Ekonomi AC di masa mendatang sehingga secara umum memberikan  nyaman dan aman khususnya bagi penumpang wanita.



METODE PENELITIAN


            Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode survey, yaitu dengan menyebarkan kuesioner dan mengolahnya. Secara umum metode penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 1 berikut :






















































 




Gambar 1. Blok Diagram Metode Penelitian

            Tahap pertama adalah penyusunan instrumen penelitian, yaitu berupa kuesioner. Kuesioner dibagi ke dalam dua bagian. Bagian pertama, berisi profil atau informasi umum responden, dan bagian kedua berisi pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan atribut Kenyamanan dan Keamanan. Pada bagian pertama responden diminta mengisikan data usia, pekerjaan, pendidikan akhir, alasan memilih kereta ekonomi AC, Seberapa sering menggunakan kereta ekonomi AC, kapan menggunakan kereta ekonomi AC, apakah selalu pilih gerbong kereta wanita (GKW), apa alasan memilih GKW, apa alasan tidak memilih GKW. Pada bagian kedua, sejumlah pertanyaan disusun dalam bentuk skala likert untuk mendapatkan penilaian responden terkait kepuasaan terhadap atribut yang ditanyakan (Tidak Setuju(1), Kurang Setuju(2), Setuju(3), Sangat Setuju(4)) dan tingkat kepentingan (Tidak Penting (1), Kurang Penting(2), Penting(3) dan Sangat Penting(4). Atribut yang ditanyakan kepada responden secara umum terdiri dari 2 atribut, yaitu Kenyamanan dan Keamanan. Kenyamanan terdiri dari 8 elemen, yang meliputi : tempat duduk yang representatif (duduk), sirkulasi udara (udara), posisi berdiri yang cukup nyaman (berdiri) , informasi di setiap stasiun pemberhentian (informasi), kebersihan gerbong yang selalu terjaga (kebersihan), pedagang asongan (asongan), jendela atau kaca yang tidak dapat dibuka membuat para penumpang merasa nyaman (jendela), penutup kaca (gorden). Sedangakan untuk Keamanan terdiri dari 5 elemen, yang meliputi : pintu kereta yang selalu tertutup (pintu), penerangan di dalam gerbong (penerangan), tindak kejahatan (kejahatan), petugas kereta api (petugas), alat pemadam kebakaran (pemadam). Nilai akhir untuk faktor kepuasaan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kategori Tidak Puas (1-2), Puas(>2 – 3) dan Sangat Puas (>3-4). Sedangkan nilai akhir untuk faktor kepentingan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kategori Tidak Penting (1-2), Penting (>2-3) dan Sangat Penting (>3-4)
            Kuesioner tersebut selanjutnya disebarkan ke sejumlah responden, KRL Ekonomi AC Bogor-Jakarta Kota (atau sebaliknya). Penyebaran kuisioner kami lakukan waktu pagi hari sekitar jam 09.00, dimana pada saat itu begitu banyak sekali para pelajar atau mahasiswa yang sedang berangkat ke tempat kuliahnya masing-,masing. Pengambilan sampel penumpang KRL dilakukan dengan cara purposive sampling atau pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan responden sebagai pengguna KRL Ekonomi AC. Responden  yang dimaksud adalah penumpang wanita dengan profesi sebagai pelajar, mahasiswa dan karyawan yang terlibat langsung sebagai pengguna KRL  serta merasakan sendiri pemanfaatannya. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya dikumpulkan. Hanya kuesioner dengan jawaban lengkap yang akan diproses selanjutnya. Data diolah dengan memasukan hasil jawaban responden ke dalam perangkat lunak spreadsheet. Analisis profil responden dilakukan dengan pendeskripsian responden secara umum. Analisis kepuasan penumpang GWK dihitung dengan mencari rata-rata baik pada setiap elemen pada setiap atribut maupun rata-rata atribut secara keseluruhan, baik untuk atribut Kenyamanan maupun Keamanan. Hal yang sama dilakukan untuk jawaban responden terhadap tingkat kepentingan. Hasil rata-rata atribut kepuasan kemudian di rangking dan dibandingkan dengan rata-rata penilaian terhadap tingkat kepentingan. Keseluruhan hasil disajikan dalam bentuk diagram batang sehingga terlihat lebih jelas. Dari hasil tersebut akan diperoleh kesimpulan atribut mana yang dirasakan telah cukup oleh sebagian besar penumpang dan atribut mana yang masih perlu ditingkatkan lagi sebagai masukan bagi PT. KAI Commuter Jabodetabek.



HASIL DAN PEMBAHASAN


            Kuesioner disebarkan kepada 250 orang. Namun hanya terdapat 240 data valid dan siap untuk diproses. Responden adalah penumpang KRL Ekonomi AC yang memanfaatkan langsung fasilitas perkeretaapian. Gambar 1 memuat profil responden berdasarkan status pengguna kereta ekonomi AC yang dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori yaitu pelajar/mahasiswa, PNS, karyawati dan wiraswasta.

                               Sumber: Data diolah 2011.

Gambar 1. Profil Responden

            Dilihat dari alasan mengapa reponden memilih KRL Ekonomi-AC, ternyata rata-rata responden dari setiap kategori sepakat bahwa KRL Ekonomi-AC lebih nyaman dibandingkan dengan KRL ekonomi biasa (Tabel 1). Sekitar 27% responden PNS sepakat memilih KRL Ekonomi AC karena keberangkatannya relatif tepat waktu dibanding KRL ekonomi biasa.
           
            Tabel 1. Prosentase Pemilihan Alasan Memilih KRL Ekonomi AC
                          Berdasarkan Status Responden
Alasan
Status
Pelajar/Mahasiswa (%)
PNS (%)
Karyawati (%)
Wiraswasta (%)
Waktu keberangkatan sesuai kebutuhan
18%
15%
17%
12%
Tepat waktu
18%
27%
16%
19%
Harga Terjangkau
18. %
17%
29%
28%
Nyaman
46. %
41%
38%
40%
Seluruh Responden (%)
100%
100%
100%
100%
Sumber: Data diolah 2011.

            Dilihat dari frekuensi penggunaan KRL Ekonomi AC, rata-rata responden menjawab kadang-kadang. Hal ini dikarenakan frekuensi jadwal KRL Ekonomi AC yang masih terbatas, sehingga seringkali tidak cocok dengan kebutuhan responden dan membuat responden memilih jenis KRL lain (ekonomi atau ekspress). Gambar 2 menggambarkan frekuensi penggunaan KRL Ekonomi AC berdasarkan status responden.
                                     
        Sumber: Data diolah 2011.
                       
                        Gambar 2. Frekuensi Penggunaan KRL Ekonomi AC
  Berdasarkan Status Responden

            Ketika responden ditanyakan frekuensi pemilihan Gerbong Kereta Wanita, secara umum menjawab “kadang-kadang”, namun hal yang menarik adalah rata-rata responden pelajar/mahasiswa menjawab bahwa mereka “selalu naik di Gerbong Kereta Wanita”, walaupun prosentasenya tidak berbeda jauh dengan yang menjawab “kadang-kadang “. Gambar 3. menggambarkan hal tersebut.
                                           
         Sumber: Data diolah 2011.
Gambar 3. Frekuensi Pemilihan Gerbong Kereta Wanita (GKW)
                               Berdasarkan Status Responden

            Lebih lanjut, responden memilih Gerbong Kereta Wanita dengan alasan kenyamanan dan keamanan. Walaupun beberapa responden lain memiliki alasan lain selain kedua alasan tadi, yaitu posisi turun di stasiun tujuan dekat dengan gerbong khusus tersebut. Tabel 2. mendiskripsikan jumlah prosentase alasan memilih Gerbong Kereta Wanita (GKW) Berdasarkan Status Responden.

            Tabel 2. Prosentase Pemilihan Alasan dalam Memilih Gerbong Kereta Wanita (GKW) Berdasarkan Status Responden
Alasan
Status
Pelajar/
Mahasiswa
 (%)
PNS
(%)
Karyawati
(%)
Wiraswasta
(%)
Nyaman
41%
43%
42%
46%
Aman
41%
43%
41%
39%
Posisi Gerbong Strategis
18%
14%
17%
15%
Seluruh Responden (%)
100%
100%
100%
100%
Sumber: Data diolah 2011.

Hasil penilaian kepuasan dan kepentingan terhadap atribut Kenyaman, tampak pada Gambar 4.
Sumber: Data diolah 2011.

Gambar 4. Penilaian Tingkat Kepuasan dan Kepentingan Responden Terhadap Kenyamanan di Gerbong Kereta Wanita  di KRL Ekonomi AC
           
            Dari grafik di atas menggambarkan bahwa tingkat kepuasan dalam kenyamanan yang tertinggi berada pada ketiadaannya pedagang asongan dan tempat duduk yang representatif di dalam kereta ekonomi AC. Dari hasil yang ada, diperoleh nilai rata-rata pada tingkat kepuasan terhadap kenyamanan sebesar 2,85 (Puas). Data yang termasuk ke dalam kategori di atas nilai rata-rata adalah asongan, duduk, gorden dan jendela. Sedangkan bila dilihat dari tingkat kepentingan dalam atribut kenyamanan yang tertinggi adalah ketiadaan pedagang asongan dan kebersihan dalam kereta ekonomi AC. Dari hasil tersebut diperoleh nilai rata-rata tingkat kepentingan senilai 2,51 (Penting). Data tersebut terdiri dari asongan, kebersihan, udara dan berdiri. Dengan demikian penilaian kenyamanan GKW dinilai responden adalah BAIK, karena nilai  kepuasan lebih tinggi dari nilai kepentingan.
            Hasil penilaian responden terhadap kepuasan dan kepentingan atribut Keamanan di Gerbong Kereta Wanita, tampak pada Gambar 5.

Sumber: Data diolah 2011.

Gambar 5. Penilaian Tingkat Kepuasan dan Kepentingan Responden Terhadap
                  Kenyamanan di Gerbong Kereta Wanita di KRL Ekonomi AC

            Dari grafik di atas tampak bahwa nilai tertinggi dari tingkat kepuasan terhadap keamanan adalah pintu yang selalu tertutup dan minimnya tingkat kejahatan. Rata-rata nilai kepuasan terhadap atribut keamanan adalah sebesar 2,91 (Puas), dengan nilai yang melebihi dari batas rata-rata pintu yang selalu tertutup dan minimnya kejahatan. Sedangkan untuk tingkat kepentingan terhadap keamanan yang memiliki nilai tertinggi adalah minimnya kejahatan dan pintu yang selalu tertutup. Rata-rata penilaian kepentingan untuk atribut keamanan adalah 2,52 (Penting). Dengan demikian penilaian mengenai keamanan Gerbong Kereta Wanita dinilai responden adalah BAIK, karena nilai  kepuasan lebih tinggi dari nilai kepentingan.
            Secara keseluruhan responden memberikan respon kepuasan yang positif atau Baik (2,91) dan melampaui penilaian terhadap  kepentingan atau harapan (2,52).



KESIMPULAN


            Kesimpulan dari penelitian ini, responden merasa puas terhadap layanan Gerbong Kereta Wanita dan melampaui penilaian terhadap tingkat kepentingannya. Harapannya di masa mendatang pelayanan tersebut dapat terus ditingkatkan dan apabila memungkinkan jumlah gerbong tersebut ditambah.


DAFTAR PUSTAKA


(1)     Anonim, Pengertian Transportasi. http://mogajayatrans.com/pengertian-transportasi.html.2011/02/26

(2)   Frans Agung Setiawan, Kelebihan Kekurangan dan Tantangan Transportasi Kereta Api. http://megapolitan.kompas.com/read/2009/08/10/13282791/Kelebihan.Kekurangan.dan.Tantangan.Transportasi.Kereta.Api.2011/02/26

(3)   Hertanto Soebijoto, Transportasi Massal Jauh dari Nyaman.  http://nasional.kompas.com/read/2010/07/28/13462552/Transportasi.Massal.Jauh.dari.Nyaman.2011/02/26


(5)   Rangkuti, Freddy. (1997). Riset Pemasaran, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

UCAPAN TERIMA KASIH


Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada PT.KAI Commuter Jabodetabek yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar